Pemberdayaan Masyarakat
Sejahterakan Petani, Amankan Pangan
Kamis 6 Desember 2018

Terbit pertama : 4 Mei 2018

 

Pada tanggal 27-28 April 2018 lalu, setidaknya 40 petani di lereng Merapi yang berasal dari 3 kabupaten berkumpul di Surakarta untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan yang diadakan oleh Business Watch Indonesia. Dalam kegiatan tersebut, petani didorong untuk makin sering melakukan praktek-praktek pertanian yang ramah lingkungan dan memulai langkah untuk mengembangkan pemasaran produk pertanian mereka.

 

Business Watch Indonesia menyampaikan bahwa, petani perlu menyadari peran mereka sangat besar terhadap kehidupan, khususnya dalam penyediaan pangan. Pertumbuhan penduduk di dunia dari tahun ketahun meningkat begitu pesat. Laporan yang disusun oleh Departemen Populasi Divisi Urusan Sosial dan Ekonomi PBB pada tahun 2017, memperkirakan populasi dunia saat ini mencapai hampir 7,6 miliar dan akan meningkat menjadi 8,6 miliar pada tahun 2030 ,  9,8 miliar pada tahun 2050, dan 11,2 miliar pada tahun 2100. Lahan yang seharusnya bisa digunakan untuk pertanian bersaing dengan kebutuhan untuk pemukiman.  

 

Terjadi ketidakseimbangan antara tingkat konsumsi dengan tigkat produksi pangan. Pada beberapa komoditas, produksi bahkan terus menurun. Namun penurunan tersebut tidak serta merta disebabkan oleh faktor lahan saja. Sistem pengelolaan yang salah seperti penggunaan pupuk kimia berlebih, juga menjadi faktor penyebab turunnya produktivitas. Penggunaan pupuk kimia yang tidak bijak justru memicu turunnya kesuburan tanah dan mengakibatkan tanah tidak lagi produktif. Dilihat dari situasi ini, dunia pada akhirnya akan mengalami krisis pemenuhan kebutuhan pangan. Negara-negara akan saling berlomba untuk dapat memenuhi kebutuhan rakyatnya.

 

Indonesia akan menjadi salah satu negara incaran bagi dunia karena memiliki sumber daya alam melimpah seperti salah satunya kesuburan tanah. Kesuburan tanah juga didukung oleh iklim tropis yang memungkinan Indonesia memperoleh cadangan air maupun intensitas cahaya untuk tumbuhan dapat berfotosintesis. Namun, terkadang tingkat pengetahuan petani begitu terbatas, sehingga berakibat pada cara  tanam yang berbahaya bagi lingkungan dan dapat menurunkan kesuburan tanah. Biasanya petani akan menggunakan pupuk kimia untuk meningkatkan produksi secepat-cepatnya.

 

Tidak hanya menerapkan praktek-praktek pertanian ramah lingkungan, petani juga memerlukan dukungan dalam hal pemasaran produknya. Untuk saat ini, pemasaran produk atau rantai distribusi masih terlalu panjang. Akibat dari panjangnya rantai distribusi ini mengarah pada kesejahteraan petani. Petani tidak memiliki posisi tawar yang baik, sehingga kerap menerima harga rendah yang ditentukan pengepul. Meskipun petani menjual dengan harga rendah, namun harga yang diterima oleh konsumen terakhir menjadi tinggi karena setiap simpul pada rantai pemasaran akan mengambil keuntungan dari perdagangan produk pertanian tersebut. Ini salah satu penyebab petani sulit menjual produknya dengan harga layak. Oleh karena itu perlu adanya pemangkasan jalur distribusi dari petani ke tangan konsumen, sehingga petani dapat memperoleh pendapatan yang layak, kesejahteraan yang lebih baik, dan pada akhirnya mengamankan produksi pangan bagi masyarakat.