Pertanian & Lingkungan
Jaga Kelestarian Merapi, Konsep Agroforestri Dikembangkan
Rabu 5 Desember 2018

Diunggah pertama : 28 September 2017

 

BOYOLALI (KRjogja.com) – Konsep pertanian agroforestri atau pengkombinasian tanaman berkayu dengan tanaman pertanian lain, dikembangkan di 10 desa di wilayah lereng Merapi. Pengembangan konsep tersebut dimaksudkan untuk menjaga kelestarian alam kawasan hutan yang merupakan sumber air bagi wilayah sekitar.

Dalam deklarasi komitmen pelestarian alam oleh empat desa di wilayah Merapi, yakni Tlogolele, Suroteleng, Wonoboyo, dan Ngargomulyo, Senin (5/6) di Dukuh Stabelan, Desa Tlogolele, Ketua Yayasan Bussines Watch Indonesia, Aris Buntoro menjelaskan, salah satu upaya menjaga kelestarian kawasan Merapi yakni dengan pengembangan agroforestri, dimana petani bisa mengambil komoditas hasil pertanian tanpa menanam pohon.

Dalam program yang juga didukung NGO Solidaridad tersebut, pihaknya menyediakan 12 ribu bibit kopi Arabica untuk ditanam petani. Pengembangan program tersebut dilakukan di 10 desa di tiga kabupaten di lereng Merapi yang menjadi penyangga Merapi, yakni Boyolali, Klaten dan Magelang hingga 2020, dengan luas lahan mencapai 400 hektare. Wilayah Merapi dipilih sebagai project mengingat kelestarian lingkungan Merapi sangat berpengaruh pada masyarakat sekitar.

Berdasar riset yang dilakukan, imbuhnya, lahan hutan seluas 6.410 hektare kawasan hutan Merapi yang mempunyai 20 titik sumber air menjadi sumber air bagi tiga Daerah Aliran Sungai (DAS). Pihaknya mencatat, kerusakan hutan di sekitar Merapi mencapai 2.818 hektare, dimana 60 persen kerusakan tersebut berada di wilayah Jateng. Sementara seluas 345,75 hutan rakyat dalam kondisi kritis.

Selain pengelolaan yang salah, kerusakan tersebut juga disebabkan oleh erupsi Merapi.

“Selain penyediaan bibit, kita juga memberikan berbagai pelatihan dalam upaya pelestarian alam dalam upaya menjaga daerah resapan air dan pelestarian yang rendah karbon. Nantinya, petani bisa mengambil keuntungan dari pertanian melakukan deforestasi atau penebangan hutan,” terang Aris.

Untuk hasil panen kopi, lanjut Aris, pihaknya akan mengakomodir pihak yang akan membeli atau menyerap hasil panen kopi yang dihasilkan petani dari program tersebut. Sebagai langkah awal, dilakukan penanaman sebanyak 1.000 bibit kopi di kawasan hutan rakyat di wilayah Desa Tlogolele, dimana selama ini lahan tersebut banyak dibudidayakan untuk rumput dan tanaman sengon.

“Kita membina agar petani harus perduli dengan konservasi alam. Selama ini kesadaran petani di wilayah Merapi sudah baik, namun lebih bagus lagi jika terus ditingkatkan,” (R-11)

Sumber Berita:

http://krjogja.com/web/news/read/34725/Jaga_Kelestarian_Merapi_Konsep_Agroforestri_Dikembangkan

Dimuat pada 5 Juni 2017

Photo Credit: Galih Prasojo